Pesona Taman Nasional Tesso Nilo

Taman Nasional Tesso Nilo merupakan cagar alam dan suaka khusus gajah, yang diresmikan pada 19 Juli 2004 dengan luas 38.576 Hektar. Tesso Nilo adalah hutan dataran rendah terbesar di Sumatera, dan habitat bagi sekitar 3% spesies mamalia di dunia.

Satu hektar taman nasional ini terdiri dari 360 flora, dibagi menjadi 165 genus dan 57 famili, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, 3 jenis primata, 50 jenis burung, 15 jenis reptil dan 18 jenis amfibi. Taman nasional ini merupakan salah satu hutan dataran rendah yang menjadi habitat percakapan dan habitat sekitar 60 – 80 ekor gajah.

Para pengunjung yang datang ke taman ini dapat menjelajahi hutan sambil duduk di atas gajah, atau bergabung dengan patroli pasukan terbang. pengunjung yang ingin merasakan adrenalin bisa langsung menggiring gajah liar kembali ke habitatnya. Apalagi ada banyak jejak harimau sumatera atau jejak hewan lainnya, seperti tapir, beruang, kucing hutan, dll.

Perjalanan ke Taman Nasional Tesso Nilo hanya memakan waktu empat jam dari kota Pekanbaru, Riau. Pengunjung dapat menyewa mobil seharga Rp500.000 untuk sekali jalan (termasuk biaya sopir) dari Pekanbaru menuju taman nasional menuju Flying Squad Camp.

“Flying Squad” mengacu pada program regu terbang gajah; ini adalah program yang dipelopori oleh WWF-Indonesia, yang merupakan organisasi konservasi, untuk melatih gajah liar agar “jinak” untuk mitigasi konflik manusia-gajah di wilayah Tesso Nilo. Gajah-gajah tersebut dilatih untuk berpatroli di hutan dan mengusir gajah liar untuk meminimalisir konflik antara manusia dengan gajah liar yang datang ke desa-desa.

Nama Tesso Nilo diambil dari nama dua sungai besar di Riau, yaitu Sungai Tesso dan Sungai Nila. Kurang lebih 20 menit dari camp, ada jembatan yang melintasi Sungai Nila.

Di Taman Nasional Tesso Nilo, WWF telah memfasilitasi pembentukan forum yang terlibat langsung dalam pengelolaan taman nasional. Forum bernama “Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo” ini merupakan perwakilan dari 22 desa sekitar kawasan lindung Tessonilo. Pencapaian ini bertujuan untuk mengembangkan cara-cara baru pemanfaatan hutan lestari secara ekonomis, mengantisipasi dan mengurangi konflik, serta meningkatkan kesadaran masyarakat lokal tentang pentingnya konservasi. Untuk informasi lebih lanjut mengenai wisata dan berita terbaru wilayah Pekanbaru bisa langsung di Berita Pekanbaru Terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *